Pandangan luwes Poligami sebagai Hukum yang ter-kebiri di Negeri mayoritas Islam
Dr. Ir. Eng. Gina
Puspita adalah ahli struktur pesawat terbang yang menikah dengan Dr. Ing.
Abdurrahman R. Effendi, yang juga ahli pesawat lulusan Jerman. Dia dikenal baik
oleh mantan Presiden Bapak BJ. Habibie sewaktu di IPTN dan merupakan pelajar
Indonesia pertama yang lulus dari Universitas Jurusan Pesawat di dunia, Ecole
National Superieure de L’Aeronatutique et de L’Espace (Ensae) di Tolouse,
Perancis.
Dr. Ir. Eng. Gina Puspita hidup bersama tiga orang
madunya, yakni Bashirah, Salwa dan Fathimah. Dia menyatakan pandangannya
tentang poligami:
“Karena tidak sanggup berpoligami, baik karena lemah
iman (bagi wanita) atau takut terhadap istri, sebagian orang ada yang berani
dan berusaha menghalangi poligami. Berbagai macam hujjah dan dalil dibuat-buat
untuk menjatuhkan poligami.
Kebencian mereka terhadap poligami melebihi kebencian
terhadap pelacuran dan perzinaan atau kumpul kebo yang umum dalam masyarakat.
Mereka berjuang menghalangi poligami tetapi justru membiarkan pelacuran dan
perzinaan.
Semakin parah keadaan seorang istri yang tidak peduli
dengan suami. Pagi-pagi sama-sama keluar bekerja, pulang sama-sama letih dan
sama-sama berkelompok. Kelompok yang bercorak women’s lib yang dasarnya
perempuan diajak menjadi seperti laki-laki. Mereka berani mengabaikan suami.
Siang ada rapat, malam pun ada rapat. Ke sana ke mari tanpa ijin kepada suami.
Bila disebut poligami, golongan perempuan yang
beginilah yang sangat menentangnya, paling keras bahkan ke tahap ingin membuat
Undang-Undang untuk menghalangi poligami. Mereka selalu bersembunyi di balik
alasan-alasan seperti kasih sayang tercemar, kekerasan terhadap perempuan,
anak-anak terlantar atau ketidakadilan dan sebagainya.
Mereka tidak berpikir kalau suami memerlukan
pelayanannya. Sehingga suami merasa kekosongan dalam hidupnya. Kalau suami itu
kepala kantor, perempuan di kantor lebih pandai mengambil hatinya daripada
istri di rumah. Dalam keadaan itu bila suami minta menikah lagi, dia tidak
mengijinkan. Dengan alasan dia tidak mau kasih sayangnya terbagi. Padahal sudah
lama kasih suaminya terbagi, akibat perbuatan dirinya.
Seorang istri yang menghalangi suami menikah lagi,
padahal suaminya mampu, adalah istri egois, karena terlalu banyak melayani
cinta nafsu. Sebab, bila suami sudah bertekad kuat untuk menikah lagi, artinya
suami sudah memiliki keinginan pada wanita selain dirinya. Seandainya keinginan
itu tidak terpenuhi dan dihalangi oleh istri, suami akan mulai menjadi liar dan
tawar hati dengan istrinya. Dia merasa istrinya tidak paham jiwanya, tidak
membantu menyelesaikan masalahnya. Jika hal ini terjadi, hubungan suami istri
mulai rusak sedikit demi sedikit.
Seandainya istri memahami dan justru mendorong
hasratnya, maka cintanya akan bertambah. Kepercayaannya, kasih sayang dan rasa
berhutang budi akan melimpah ruah pada istrinya. Dan sekurang-kurangnya dia
berjanji pada dirinya, ‘Aku tidak akan menyia-nyiakan pengorbanan istriku’.
Apa yang dicemaskan? Kasih yang terbagi dan malam yang
terpaksa digilirkan? Tanpa poligami pun belum tentu suami kita bisa mencurahkan
kasih sayangnya kepada kita seratus persen. Dan tidak ada jaminan bahwa setiap
malam adalah ‘malam pengantin’ antara kita dengannya.
Takut kekurangan harta atau ekonomi rumah tangga jadi
berantakan? Atau cemas diri tidak dipedulikan? Apa jaminan bahwa tanpa poligami
kita akan menjadi kaya dan akan selalu dimanjakan? Berapa banyak orang yang
tidak berpoligami pun kocar-kacir rumah tangganya, selalu berpisah, miskin dan
terlantar. Sebaliknya orang berpoligami, hidup mereka kaya dan bahagia. Malah
secara kasar, menurut laporan pengadilan agama, kebanyakan masalah cerai adalah
di antara suami istri yang monogami.
Allah SWT membenarkan poligami, dan suami kita
menyukainya, tapi nafsu kita sangat membencinya. Artinya kita berada dalam satu
medan perang yang sengit. Kita hendak menundukkan nafsu kita agar menerima
sesuatu yang sungguh pahit dirasakan. Bagaimana caranya?
Mula-mula kita pahamkan diri kita bahwa Allah SWT
tidak bermaksud menyiksa wanita dengan membenarkan poligami. Allah SWT memiliki
maksud baik dan penting untuk keselamatan hidup kita di dunia dan di akhirat.
Tapi ingat, kehendak Allah itu sangat bertentangan dengan kehendak nafsu kita.
Nafsu kita sangat cinta pada dunia, sedangkan Allah
SWT menyuruh kita cinta pada akhirat. Nafsu ingin agar suami milik kita seorang
sedangkan Allah SWT ingin kita cinta hanya kepada-Nya. Sebab akhirat itu jauh
lebih baik dan lebih indah daripada dunia, dan Allah SWT itu jauh lebih baik
daripada suami kita.
Dunia yang kita buru bukan menunggu, tapi semakin lari
dari kita. Suami yang kita cintai, mau tambah lagi satu istri, atau mungkin
lebih. RUmah yang kita sayangi kian using, tiba waktunya akan musnah. Pakaian
yang kita sukai kian lusuh dan koyak. Anak-anak yang kita kasihi semakin besar
dan kian jauh dari kita. Apa pun isi dunia yang kita rindukan dan kita
idam-idamkan semuanya akan kita tinggalkan atau ia akan meninggalkan kita.
Semuanya kian rusak dan binasa.
Kita cinta dunia tapi dunia tidak mencintai kita. Kita
buru dunia tapi dunia tidak memburu kita bahkan dunia menipu kita."
Dikutip dari buku ‘Sikap Istri yang Shalihah
Terhadap Poligami’, karya ‘Isham bin Muhammad Asy-Syarif
Komentar
Posting Komentar