BELAJAR DARI ANAK
Anak kecil,
memiliki fitrah yang belum tercampur dan terkontaminasi dengan dosa dan
kemaksiatan. Sehingga wajah dan mata anak kecil itu terlihat bersih dan bening.
Polos .. tak ada beban. Tertawa dan menagisnya lepas. Menggemaskan. Hidupnya
tanpa beban. Maka belajar dari anak kecil sungguh sangat menarik.
Setidaknya
ada 4 hal yang kita dari sifat anak kecil:
1. Tidak
Pendendam
Perhatikan anak kecil jika sedang bermuamalah dengan teman sebayanya. Semula
mereka asyik bermain sambil ketawa-ketiwi. Dan beberapa saat kemudian salah
satu di antaranya atau keduanya akan manangis karena rebutan sesuatu. Dan
bahkan bisa terjadi salah satu di antaranya ada yang sampai terluka.
Sekali lagi perhatikan! Apakah ada yang dendam di antara keduanya? Kita bahkan
melihat.. tidak dalam waktu yang terlalu lama mereka sudah kembali asyik main
bareng lagi, seolah tak pernah terjadi apa-apa pada mereka.
Lalu
bagaimana dengan kita yang sudah tidak pa tas disebut anak kecil lagi? Mengapa
kita jika sedang bermuamalah dengan sesama kemudian harus menyimpan dendam?
Akankah dendam itu akan membuat kita bisa jadi kaya? Apakah jika melepaskan
dendam akan membuat kita menjadi lebih cakep, lebih berwibawa? Apakah jika kita
melampiaskan dendam akan membuat kita jadi lebih mulia?
Sungguh orang
pendendam akan rugi dunia dan akherat. Di dunia hidupnya tidak akan pernah
tenang.. dan di akherat dia menjadi orang yang bangkrut.
Jadilah orang
yang berkepribadian luar biasa. Dan jangan puas menjadi pribadi yang
biasa-biasa saja. Pribadi yang biasa itu jika dia didholimi orang lain, dia
akan memaafkan. Sampai di situ saja. Tetapi pribadi yang luar biasa, jika dia
didholimi, dia tidak hanya memaafkan. Tetapi dia bahkan membalasnya dengan
kebaikan.
2. Tidak Malu
Bertanya
Camkan. Jangan pernah jengkel jika ditanya anak kecil. Karena ia memang akan
selalu bertanya. Memang terkadang pertanyaan itu membuat kita tak mampu untuk
bisa memberikan jawaban dengan tepat. Kadang dia bertanya pada saat kita mau
istirahat melepas lelah.
Ingatlah.
Ketika anak bertanya itu setidaknya ada 3 hikmah.
- anak bertanya itu pertanda sel otaknya sedang bekerja. Itu pertumbuhan yang
baik. Biarkan ia berkembang.
- anak bertanya itu berarti ia percaya kepada orang tuanya. Ia percaya kalau
orang tuanya pinter. Ah.. andaikata ia gak percaya sama orang tuanya kemudian
ia justru bertanya kepada orang lain? "Percuma tanya ayah atau ibu. Paling
juga gak ngerti". Berabe kan?
- jika anak bertanya itu berarti ia sedang belajar berkomunikasi. Ia belajar
menyampaikan idenya kepada orang lain.
Karena itu
jika anak bertanya harus kita apresiasi. Ia sedang menuntu ilmu. Karena
bertanya itu kuncinya ilmu.
Maka lihatlah diri kita. Kenapa harus malu untuk menanyakan kebenaran. Kenapa
malu untuk bertanya apakah aqidah kita sudah benar, apakah sholat kita, wudhu
kita, muamalah kita sudah bebar. Bertanyalah, kenapa ini dilarang, itu
dilarang. Bertanyah.. tak perlu malu. Dan bertanyalah kepada sumber yang benar
sehingga engkau tidak tersesat.
"Tidaklah
seseorang itu akan bertambah ilmunya dikarenakan ia seorang pemalu dan ia orang
yang sombong".
3. Tidak
Mudah Berputus Asa
Pernah lihat anak sapi lahir dan belajar berjalan? Anak sapi tak membutuhkan
waktu yang lama saat dia keluar dari perut induknya sampai dia bisa berjalan.
Begitu keluar.. ia bergerak-gerak.. kemudian berdiri dan seperti otomatis dia
bisa berjalan. Demikian halnya yang terjadi umumnya pada hewan-hewan lain.
Berbeda
dengan anak kita. Dari lahir sampai dia bisa berjalan cukup panjang prosesnya.
Saat baru lahir, si anak cuma bisa terlentang dan bahasanya hanya menangis.
Kemudian ia mulai menggerak-gerakkan kaki dan tangannya. Ia bahkan belum bisa
melihat dengan sempurna. Kemudian saat ia mulai bisa melihat ia bisa memberikan
respon saat dikudang. Ia terus bergerak sehingga mulai menggerakkan miring ke
kiri atau ke kanan sampai akhirnya bisa tengkurap. Ia tersenyum menang saat
bisa tengkurap tetapi kemudian menangis saat tak bisa kembali.
Selanjutnya
ia belajar merayap sampai ia bisa duduk. Duduk pun kadang ia goyang dan
terjatuh. Ia mencoba meraih-raih sesuatu sampai tahu-tahu ia bisa mbrangkang.
Dari sini ia terus bergerak dan meraih pegangan untuk mulai berdiri. Kemudian
ia mencoba untuk mulai melangkahkan kakinya setapak demi setapak. Dan akhirnya
ada teriakan bahagia dari orang tuanya: "hey.. anakku sudah bisa
berjalan!"
Subhanallah. Alhamdulillah.
Perhatikan..
betapa lamanya proses itu. Rata-rata butuh waktu 12-15 bulan! Entah berapa kali
kepalanya terbentur sesuatu. Dan beberapa kali juga dia harus menangis
kesakitan. Tetapi adakah anak kecil yang putus asa, kemudian dia berhenti tak
mau meneruskan untuk bisa berjalan? Bahkan seperti tak pernah merasakan
sakitnya bila dia terjatuh. Tak ada bosannya dia terus berusaha. Dan malah ia
melakukan terus dengan wajah yang ceria. Anak kecil tak pernah berputus asa
dalam belajar!
Lantas
bagaimana dengan kita? Belajar bahasa arab yang dengannya kita bisa engetahui
ilmu dien... kenapa kemudian berhenti belajar begitu ustadznya kasih PR? Kenapa
harus mencari-cari dalih.. "ah, yang wajib itu kan belajarnya. untuk
pinter kan tidak ada kewajiban....".
Sudah tahu keutamaan
duduk di majlis ilmu, tetapi kenapa malas mendatanginya dengan dalih yang
macam-macam. Kenapa cepat mutung kita belajar menghafal surat-surat Al Qur'an?
Kenapa begitu bersemangat mencari ilmu dunia, tetapi seperti tak ada niat untuk
mencari ilmu akherat? Padahal itu yang bisa menyelamatkanmu dari api neraka dan
yang bisa mengantarkanmu masuk ke surga?
Ingatlah.
Allah tidak membebani ummat-Nya melebihi batas kemampuannya. Maka jika kita
diuji dengan kehilangan anak, Allah tahu kita kuat menanggungnya. Jika Allah
menguji dengan kesempitan rezki, Allah tahu kita bisa melaluinya.
Ingatlah.
Sesungguhnya di balik kesulitan itu ada kemudahan. Ketika malam sampai di
puncak gelapnya, tak lama kemudian Allah akan menerbitkan fajarnya. Setelah
gelap sesudahnya terang.
Ingatlah.
Setiap ujian itu diiringi dengan hikmah. Tidak lah Allah menguji seseorang
melainkan melalui ujian itu Ia akan menggugurkan dosa-dosanya dan mengangkat
derajatnya.
Maka
berusahalah untuk lulus saat diuji. Bersabarlah dan jangan sekali-sekali
berputus asa.
4. Jujur
Kejujuran anak kecil itu asli. Kalau dia mengatakan sesuatu itu tidak enak..
maka dia sedang tidak berbasa-basi. Jadi kalau merasa tidak cakep, tak perlu
bertanya kepada anak
Kadang malah
orang tuanyalah yang sadar atau tidak sadar mengjari kebohongan. Hanya karena
tidurnya tidak ingin terganggu, ia harus berpesan bohong pada anaknya:
"nanti kalau ada tamu, bilang ayah tidak ada..."
Hayo ngaku.. pernah melakukan, kan?
Jujur akan
membawa kepada kebaikan dan kebaikan akan mengantarkan ke surga. Sebaliknya,
kebohongan akan membawa keburukan dan keburukan akan bisa menyeret ke neraka.
Semoga kita
bisa mengambil faedah yang banyak dari "Belajar Dari Anak"
Madiun, 22 02
2015
Catatan kecil dari
Kajian Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA
Pengasuh Pesantren tunasilmu.com
Komentar
Posting Komentar