MEMILIH DUNIA ATAU SURGA?


Untuk kita yang mengaku sebagai orang beriman, mungkin pertanyaan di atas tidak memerlukan jawaban lagi karena setiap kita ketika diajukan pertanyaan seperti itu, maka tanpa berfikir akan lansung menjawab bahwa surga adalah pilihannya.
Namun, sepertinya jawaban lansung dari pikiran dan lisan kita itu tidak mewakili apa yang kita lakukan dan persiapkan untuk kehidupan kita di dunia ini dan di akhirat nanti. Karena dalam realita kehidupan yang kita jalani, ternyata kita lebih memilih kesenangan dunia daripada kebahagiaan di akhirat. Padahal kita yakin bahwa kesenangan dunia ini hanya bersifat sementara dan tidak berlansung lama, sedangkan kebahagiaan di akhirat itu kekal selama-lamanya.
Kalau kita mempelajari sejarah kehidupan para sahabat Nabi SAW. akan terlihat jelas perbedaan pandangan dan sikap hidup mereka dengan pandangan dan sikap hidup kita terhadap dunia dan kehidupan akhirat. Dalam kehidupan para sahabat Nabi SAW. kehidupan akhirat inilah yang menjadi fokus dan energi pondorong bagi mereka untuk beramal dan berbuat yang terbaik karena Allah SWT.
Seorang sahabat Nabi SAW. meskipun dia hanya lah seorang arab yang sederhana dari kalangan masyarakat umum, tidak banyak informasi yang diketahui tentangnya, tetapi ketika mengetahui sesuatu amalan atau perbuatan yang dapat memasukkannya ke surga maka ia akan berjuang dan berusaha sepanjang hidupnya untuk melakukan hal itu. Seakan-akan mereka sudah hidup di dalam surga merasakan kenikmatan yang dijanjikan Allah SWT. meskipun mereka masih hidup di bumi ini.
Rabi’ah bin Ka’b al-Aslami, seorang Sahabat Nabi SAW. yang masih sangat muda, bukan termasuk sahabat-sahabat utama yang banyak kita dengar seperti Abu Bakar, Umar, Ali, Bilal, Abu Ubaidah bin al-Jarrah ataupun Utsman bin Affan. Bahkan ia termasuk kepada Ahlu al-Shuffah (para sahabat Nabi SAW. yang sangat miskin tidak punya tempat tinggal sehingga mereka harus tinggal di masjid dan kehidupan mereka tergantung kepada pemberian dan sedekah para sahabat Nabi SAW. yang lainnya).
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Ahmad disebutkan bahwa Rabi’ah bin Ka’b al-Aslami meriwayatkan bahwa sehari-harinya ia biasa membantu Nabi SAW. dalam segala urusannya sampai waktu sholat Isya dan Nabi SAW. masuk ke dalam rumahnya. Pada waktu itu, kehidupan di kota madinah memang hanya sampai sholat Isya karena setelah itu semua orang akan tidur, untuk kemudian memulai lagi hari yang baru dengan qiyamul lail dan sholat subuh.
Tetapi, tidak bagi Rabi’ah, setelah Nabi SAW. masuk ke dalam rumahnya, ia masih tetap duduk di depan pintu rumah Nabi SAW. karena takut kalau-kalau Nabi SAW. memerlukan sesuatu. Karenanya Rabi’ah selalu mendengar Nabi SAW. berdzikir mengisi malam-malamnya. Terkadang setelah merasa bosan Rabi’ah kembali ke masjid, dan tidak jarang juga ia tertidur di depan rumah Nabi SAW.
Melihat keuletan dan ketekunan Rabi’ah dalam membantu Nabi SAW. maka pada suatu hari Nabi SAW. berkata kepada Rabi’ah, “Mintalah kepadaku wahai Rabi’ah! Maka akan aku berikan”.
Coba bayangkan kita berada di posisi Rabi’ah ini. Seorang pemuda miskin yang tidak punya tempat tinggal, tidak punya harta untuk menikah bahkan tidak punya cukup harta untuk makan sehari-harinya. Tentu pada kondisi seperti itu ia sangat membutuhkan materi keduniaan.
Dan pada situasi seperti itu, Nabi SAW., seorang kepala negara, dan lebih dari itu adalah seorang Rasul utusan Allah SWT. yang doanya selalu dikabulkan Allah SWT. menawarkan kepadanya untuk meminta apapun yang ia inginkan maka akan diberikan.
Apa jawaban Rabi’ah atas tawaran yang begitu menggiurkan? Ia tidak meminta harta kekayaan, meskipun pada saat itu ia sangat membutuhkan itu, ia tidak meminta diberikan jabatan agar mendapatkan penghargaan dan dipandang orang lain, tidak.
Rabi’ah menjawab, “Saya pikirkan dulu ya Rasulullah, nanti saya beritahukan anda”. Lalu ia memikirkan tawaran Rasulullah SAW. yang tentunya sangat didambakan setiap orang beriman. Rabi’ah berkata, “Saya memikirkan hal itu, saya tahu dunia ini akan punah dan hancur, dan saya yakin sudah ada rezeki bagian saya di dunia yang akan mencukupi kehidupan saya, maka saya memutuskan untuk meminta untuk kehidupan akhiratku kepada Rasulullah SAW.
Rabi’ah yang meskipun masih sangat muda, tapi memahami betul hakikat dan nilai dunia. Ia yakin bahwa rezekinya di dunia ini pasti akan mendatanginya, maka mengapa ia tidak meminta sesuatu yang sangat sulit dicapai oleh setiap orang beriman, yaitu kebahagian di akhirat.
Rabi’ah kemudian mendatangi Nabi SAW. dan Nabi pun bertanya, “Apa keputusanmu Rabi’ah?”. Rabi’ah menjawab, “Aku meminta kepadamu agar engkau memintakan syafaat kepada Tuhanmu agar aku dibebaskan dari Neraka”. Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan, “Saya meminta agar aku bisa menemanimu di surga ya Rasulullah”.
Rasulullah SAW. yang memahami kondisi Rabi’ah yang serba kekurangan merasa takjub dengan permintaan dan pilihan Rabi’ah yang masih sangat muda ini. Maka beliau pun bertanya, “Siapa yang memerintahkan kamu untuk meminta ini wahai Rabi’ah?”. Rabi’ah pun menjawab, “Demi Allah yang mengutusmu dengan kebenaran! Tidak ada seorangpun yang memerintahkanku. Tetapi, ketika engkau mengatakan, “Mintalah maka akan aku berikan! Dan aku menyadari betul kedudukan engkau di sisi Allah SWT. maka aku pun merenungkannya. Saya tahu dunia ini akan punah dan hancur, dan saya yakin sudah ada rezeki bagian saya di dunia yang akan mencukupi kehidupan saya, maka saya memutuskan untuk meminta untuk kehidupan akhiratku kepada Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW. pun lama terdiam mendengar jawaban Rabi’ah yang masih sangat muda ini. Lalu beliau bertanya lagi, “Adakah yang lain?”. tetapi dengan kemantapan hati, Rabi’ah menjawab, “Itu saja ya Rasulullah”.
Seandainya jika Rabi’ah meminta harta, rumah ataupun keperluan dunia lainnya disamping apa yang telah ia minta, itu bukanlah sesuatu yang salah. Tetapi, pikiran Rabi’ah sudah dipenuhi oleh surga yang Allah SWT. janjikan bagi hamba-hamba-Nya yang beriman  sehingga tidak ada lagi pikiran untuk yang lainnya. Karena ia memahami bahwa kenikmatan surga itulah puncak dari kenikmatan yang didambakan oleh setiap orang beriman sehingga segala sesuatu yang lainnya tidak bernilai sama sekali dibandingkan oleh kenikmatan surga itu.
Rasulullah SAW. pun kemudian mengatakan, “Akan saya lakukan, maka bantulah aku atas dirimu dengan memperbanyak sujud”.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara memotong kuku menurut Islam

INDONESIA TETAP ADA

Mengunci Halaman Blog